Ditulis oleh Kika Simonsen
Terletak di dekat Laut Mediterania di wilayah Languedoc-Roussillon di Prancis selatan, Nîmes adalah ibu kota départemen Gard. Dahulu kala orang-orang Romawi berbondong-bondong menetap di Nîmes, manakala mereka membangun jalan yang menghubungkan antara Spanyol dan Roma. Bukan hanya sekedar sebuah kota yang menyodorkan pesona Mediterania yang menawan, alih-alih Nîmes sarat akan budaya dan sejarah peradaban dunia.Berdasarkan penemuan sejarah berupa mantel, perisai, teks kuno, patung dan koin-koin, terungkap sebuah simbol serupa dengan lambang seekor buaya yang dirantai di pohon palem yang bertuliskan NEM.COL. Setelah ditelisik lebih lanjut, pohon palem merupakan lambang kemenangan pada masa Romawi kuno dan buaya menggambarkan Mesir, sedangkan NEM.COL merupakan singkatan dari Colonia Nemausensis yang berarti koloni dari Nemausus. Kota yang memiliki luas 161,85 km² ini, pada awalnya diyakini bernama Nemausus, salah satu kota yang kental dengan warisan peninggalan kerajaan Romawi yang masih lestari. Menurut legenda, nama Nemausus merupakan nama dari anak Hercules, seorang pahlawan cerdik dalam mitologi Romawi dan Yunani. Nemausus sendiri menyandang gelar sebagai Dewa Musim Semi Suci. Sebagai penghormatan baginya, dibuatlah sebuah patung yang diletakkan di Jardin de la Fontaine yang memiliki fungsi vital sebagai muara pemasok air bagi kota Nîmes dari Uzès (untuk lebih jelasnya baca artikel Pond du Gard).
Ketika memasuki kota Nîmes, pelancong akan disapa ramah oleh atmosfer percampuran budaya Perancis Provençal, Romawi, dan Spanyol yang begitu kental. Perbauran budaya masa silam dan masa kini tertata apik dalam setiap bangunannya. Kafe-kafe dan restoran sekitar district, mempertontonkan gaya perpaduan arsitektur khas Prancis, Provençal dan Occitan. Segalanya nampak begitu harmoni dan selaras.
Selain kaya akan sejarah, Nîmes juga sangat populer akan kepiawaian para matadornya. Pertunjukan Corrida menjadi atraksi menarik yang menjadi primadona khas Nîmes, di mana banteng dilepas lalu mengejar para matador yang berlari sembari sesekali menggoda untuk membuat sang banteng semakin berang. Corrida atau perhelatan pertarungan banteng yang digelar rutin dari tahun ke tahun pada bulan Februari ini, sesungguhnya menjadi polemik tersendiri bagi masyarakat Prancis, antara ambisi untuk melestarikan budaya atau menghapus aksi kebiadaban terhadap hewan.
Salah satu spot wisata andalan utama Nîmes adalah Arènes de Nîmes, sebuah warisan berharga peradaban Romawi yang terpilih menjadi salah satu situs terbaik UNESCO. Amphitheater ini konon dibangun dibawah kekuasaan Kaisar Augustus pada akhir abad ke-1 Masehi, merupakan sebuah amphitheatre megah peninggalan Romawi yang digadang-gadang merupakan yang terbesar di Prancis. Arènes de Nîmes begitu memikat dan terpelihara baik, tidak lekang tergerus zaman kendati sudah berumur 2000 tahun lebih.
PATUNG NIMEÑO II
Sebelum masuk ke dalam Arènes de Nimes, berdiri tegak sebuah patung matador yang gagah berlenggang di halaman. Penduduk lokal menyebutnya Patung Nimeño II yang memiliki nama asli Christian Montcouquiol. Ia terlahir di Jerman, seorang tokoh matador tersohor pada masanya. Matador muda ini mengalami cedera berat saat bertarung dengan banteng bernama Pañalero, yang mengakibatkan ia harus pensiun dini dari karirnya. Karena tidak dapat menerima kenyataan itu, akhirnya Christian Montcouquiol pun bunuh diri di usia 37 tahun.ARÈNES de NÎMES
Arènes de Nîmes merupakan ilustrasi sempurna kecerdasan para insinyur Romawi yang pioner membredel inovasi-inovasi terdepan dalam peradaban kuno. Hanya dengan berjalan mengelilingi Arènes de Nimes, pengunjung akan tersadar bahwa bangunan ini berbentuk oval simetri sempurna, dengan sumbu panjang berukuran 133 meter dan lebar 101 meter, serta tinggi 21 meter dengan luas arena 68 x 38 meter. Struktur bangunan amphitheater ini terbuat dari blok travertine (dinding luar dan pilar), batu bata dan blok tufa (dinding dan tangga). Dibangun dari batu-batu besar yang digali dari pertambangan di Roquemaillère dan Baruthel, yang terletak di dekat Nîmes, yang dirakit tanpa adukan semen seperti yang menjadi ciri khas struktur bangunan Romawi. Eksterior Arènes de Nîmes menyajikan aspek 60 lengkungan dua lantai kokoh berjajar.KONSTRUKSI ARÈNES de NÎMES
Pada masa kebesarannya, monumen ini diperkirakan mampu menampung hingga 24.000 penonton. Amphiteater dirancang sedemikian rupa sehingga setiap orang memiliki pemandangan yang tidak terbatas ke keseluruhan arena. Area penonton atau yang disebut cavea dibangun memutar mengelilingi arena, tersebar di 34 ruas teras yang terbagi menjadi empat bagian yang disebut maenianum. Setiap maenianum yang dibangun berdasar strata kelas sosial masyarakat, dilengkapi dengan galeri cincin berkubah.Area cavea menyajikan tingkatan maenianum berdasarkan penggolongan struktur sosial hirarkis Romawi. Tingkat yang paling dekat dengan arena yang disebut podium, diperuntukkan bagi kaum elit paling terhormat seperti para senator, kaisar dan keluarganya, serta Perawan Vestal. Kaum paling dimuliakan ini rata-rata berbusana dengan jubah kebesaran berwarna ungu dan merah. Bangku di deretan podium, seluruhnya terbuat dari marmer dan terukir nama kepada siapa kursi itu diperuntukkan. Ketika salah satu senator ini meninggal dunia atau dipromosikan ke gelar yang lebih tinggi, maka nama yang telah diukirkan pada bangku akan dihapus, digantikan oleh nama senator penggantinya. Bagian tengah podium adalah kotak kekaisaran.
Tingkat berikutnya yang disebut maumium primum, ditempati oleh bangsawan, ksatria dan saudagar kaya yang disebut equites (knight). Kaum equestrians berbusana dengan garis ungu tipis (satu inci) untuk menandai status terpandang mereka. Pada tingkat ketiga dan yang terbesar yakni maenianum secundum imum, dipersilakan untuk warga umum kota Nîmes. Dan bagian terakhir yaitu maenianum teratas yang disebut summum maeniaum secundum, diperuntukan bagi orang asing, budak, kelompok masyarakat miskin, anak-anak, dan wanita dari segala kelas. Penempatan wanita ditingkat teratas, memberi gambaran visual bagaimana konsepsi wanita dalam masyarakat pada zaman Romawi.
Setiap pintu masuk untuk umum diberi nomor untuk memudahkan akses ke kursi yang dialokasikan, misalnya Angka Romawi XXXVIII mengacu pada nomor Gerbang 38. Gerbang khusus tidak bernomor merupakan Pintu Masuk Grand, diperuntukkan untuk hakim, kaisar, bangsawan kaya, senator dan Perawan Vestal. Setiap tiket ditandai dengan nomor kursi dan nomor sektor yang menunjukkan gerbang masuk yang benar.
Masing-masing maenianum dipisahkan oleh koridor dan ditempuh melalui ratusan anak tangga dan jalur akses berupa lorong-lorong yang disebut vomitorium. Seperti ciri khas dari colosseum Romawi, Arènes de Nîmes pun memiliki sistem tangga yang kompleks, koridor-koridor konsentris dan vomitorium yang cukup besar sehingga kerumunan penonton masuk dan keluar dari amphitheatre tanpa macet. Sungguh prestasi teknik yang luar biasa!
Vomitorium adalah akses lorong-lorong yang terletak di bawah tingkat-tingkat kursi dalam amphitheater. Dalam arsitektur Romawi kuno, vomitorium dirancang untuk memberikan jalan keluar yang cepat bagi penonton. Pengaturan brilliant ini sangat piawai menghindarkan penonton dari risiko kemacetan saat mereka membanjir masuk dan keluar arena. Sistem sirkulasi ini dirancang untuk menghindari kepadatan selama arus pergerakan keluar-masuk penonton.
Konstruksi amphitheatre mengadopsi teori pola arus Vitruvius, sehingga penonton yang berduyun-duyun datang dari atas tidak akan menabrak mereka yang berada di bawahnya, karena akses keluar ke segala arah, menghindarkan penonton terjepit karena tumpah di satu titik. Pola arus Vitruvius menciptakan aliran menyebar ke banyak askes jalan keluar yang bebas hambatan. Semua lengkungan dapat berfungsi sebagai pintu keluar-masuk, jadi kira-kira hanya membutuhkan waktu lima menit saja untuk mengevakuasi seluruh penonton dari dalam amphitheater.
Amphiteater ini juga dilengkapi dengan velarium diprediksi berfungsi untuk melindungi penonton dari sinar matahari yang terik atau cuaca buruk. Velarium yang membentang di bagian langit-langit, memberikan keteduhan dan sedikit perlindungan dari hujan, walaupun tujuan awalnya adalah menciptakan sirkulasi angin sepoi-sepoi.
ARENA PENGUNGSIAN
Pada abad ke-6 dan ke-7 Masehi dibawah kekuasaan Kerajaan Visigoths, terjadi alih fungsi akan kegunaan Arènes de Nîmes dari panggung pertunjukkan menjadi benteng pengungsian dan akhirnya berkembang menjadi sebuah kota kecil lengkap dengan istana dan gereja di dalamnya yang menampung penduduk sekitar 700 orang. Penduduk kota berlindung di dalam Arènes de Nîmes , menutup seluruh lobang-lobang dengan batu dan membangun parit untuk membuang limbah rumah tangga di sekeliling arena. Kerajaan Visigoths adalah sebuah kerajaan yang berhasil menguasai wilayah barat daya Prancis dan Semenanjung Iberia dari abad ke-5 sampai abad ke-8. Kaum Visigoths dianggap sebagai kaum paling beradab di antara sekian banyak suku-suku barbar dan menganggap diri mereka sebagai ahli waris dari keruntuhan Kekaisaran Romawi. Goth adalah orang pertama yang menyerang Roma dan berhasil mengalahkan seorang kaisar Romawi dalam pertempuran. Namun pada tahun 711 M, sebagian besar wilayah Kerajaan Visigoths ditaklukkan oleh pasukan Umayyah dari Afrika Utara, hanya menyisakan wilayah utara Spanyol.
RENOVASI DAN KONDISI SEKARANG
Tahun 1786 rekonstruksi dengan skala besar mulai digiatkan. Gereja, istana dan rumah-rumah hunian penduduk pada masa pengungsian, dihancurkan. Segala daya upaya dikobarkan untuk memulihkan penampilan Arènes de Nîmes seperti aslinya, dibawah arahan arsitek Henri Revoil. Di tahun 1853 event paling spektakuler dan menarik, dipergelarkan di sana. Arènes de Nîmes dipersiapkan untuk menghelat adu banteng. Ternyata acara yang diberi nama Feria de Nîmes ini, mendapat sambutan meriah oleh masyarakat, bahkan menjadi peristiwa berulang yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya dan menarik perhatian banyak pengunjung di seluruh dunia.
Untuk mengenang kejayaan Romawi, setahun sekali pada bulan Mei, Arènes de Nîmes juga menjadi tuan rumah acara Les Grands Jeux Romains, yakni Nîmois (masyarakat Nîmes) beramai-ramai mengenakan kostum khas bangsa Romawi lengkap dengan atributnya seperti kereta kuda yang diiringi barisan prajurit berseragam, serta para gladiator yang gagah berani. Para penonton seperti ditarik secara perlahan untuk tenggelam dalam 2000 tahun silam. Pada musim panas tidak kalah menarik, diselenggarakan pula ajang Festival de Nîmes yang menyuguhkan musik kelas dunia yang patut diagendakan menjadi tontonan.
TIKET
Paket Nîmes romaine melingkupi Amphitheater + Maison Carrée + Tour Magne (tiket berlaku selama 3 hari), dipatok harga € 11-€ 13/orang, sedangkan untuk keluarga seharga € 40 (untuk 2 orang dewasa dan 2 anak-anak).
Tiket masuk Arènes de Nîmes berkisar €8-€10 (dengan dibekali audio). Gratis untuk anak-anak di bawah usia 7 tahun dan wartawan (memberi bukti tertulis). Pendampingan guide tersedia setiap hari pada pukul 11.00, 12.30, 14.30, 16.00, dan 19.30 dengan durasi 45 menit dan maksimal untuk 50 orang pengunjung.
Juga ditawarkan paket Roman Pass yang berlaku untuk 1 bulan penuh seharga € 18,5, sudah mencakup tiket masuk untuk Arènes de Nîmes, Maison Carrée, Tour Magne, dan Teater Romawi Orange. Tiket dapat dipesan secara online di sini.
RESTORAN
Cukup banyak restoran yang memiliki reputasi baik yang layak untuk dicoba, diantaranya Crêperie Le Frenchy, Hanoï, Le Cerf à Moustache, dan Carré d’Art. Selain itu restoran kelas bintang Michelin tak luput menjadi godaan menarik contohnya saja Skab, Vincent Croizard, dan Alexandre.HOTEL
Berbagai hotel dengan variasi harga tersedia di Nîmes, jika kamu seorang pengagum kebesaran peradaban Romawi, kota ini adalah alternatif pilihan yang tepat untuk disinggahi. Beberapa hotel yang patut direkomendasikan dengan harga terjangkau diantaranya Kyriad Nimes Centre, Hotel Empire, Hôtel de l’ Amphithéâtre, dan Logis Nimotel. Apabila memiliki budget lebih dan ingin menikmati liburan berbalut kemewahan, Jardins Secrets, Mas de Boudan, dan Le Château des Alpilles bisa menjadi tempat bermalam yang sangat mengesankan.TRANSPORTASI
Berkat kereta berkecepatan tinggi (TGV) maka perjalanan ke Nîmes dari Paris, hanya memakan waktu kurang dari 3 jam, padahal berjarak tempuh 720 km. Tiket kereta TGV dari Paris dapat dicek di sini.
bersambung…